Oleh Herry Flawless
Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Anggota Linguistics and Literature Club (LLC)Tulisan ini telah dipresentasikan dalam diskusi Linguistics and Literature Club (LLC) pada Rabu, 11 April 2012.
Contoh:
- Isaac Newon terkena bisa ular.
- Isaac Newton tidak bisa berbicara bahasa Indonesia.
Kita melihat dua kata yang sama di atas, dari dua kata tersebut dapat dikaji oleh salah satu cabang linguistik, yaitu Semantik. Apa itu semantik? Ada apa saja di dalam semantik?
Dari gambar segitiga di atas, kita melihat kata pulpen adalah konsep tentang sebuah pulpen yang tersimpan di dalam otak kita dan dilambangkan dengan sekumpulan huruf [p-u-l-p-e-n]. Kata dan lambang pulpen disebut sebagai penanda (signifier), dan objeknya (sebuah pulpen) merupakan petanda (signified).
Sebelum lebih jauh, mari kita lihat definisi semantik terlebih dahulu. Semantik berasal dari bahasa Yunani sema berarti 'tanda' atau dari kata verba semaino 'menandai' atau 'berarti'. (Djajasudarma, 1999: 1). Semantik termasuk bagian dari mikrolinguistik yang mengkaji dan memelajari makna tanda bahasa. (Darmojuwono, 2009: 114).
Semantics is the study of the 'toolkit' for meaning: knowledge encoded in the vocabulary of the language and in its patterns for building more elaborate meanings, up to the level of sentence meanings. (Griffiths, 2006: 1).
Menurut Griffiths, semantik ialah suatu pengetahuan tentang makna dalam kosakata bahasa dan pola membangun makna yang lebih rumit sampai ke tingkat makna kalimat. Semantik merupakan subsistem yang memelajari makna tanda bahasa yang menggunakan keterkaitannya dengan tiga hal yaitu konsep, lambang, dan objek. Dari gambar di atas, kita telah membayangkan dan menggambarkan 'sosok/wujud' pulpen dalam otak (pikiran), kemudian kita tulis (lambangkan) gambaran atau bayangan benda (pulpen) itu melalui tulisan [p-u-l-p-e-n], dan rujukannya ialah benda yang biasa digunakan untuk menulis, dalam hal ini pulpen.
Kemudian, kita juga telah melihat dua contoh kalimat paling atas, terdapat kata bisa yang berbeda makna padahal satu kata dan sama dalam pengucapannya. Contoh kata tersebut akan dijelaskan dalam relasi makna di bawah ini.
Homonimi*
Darmojuwono menjelaskan bahwa homonimi adalah relasi makna antarkata yang ditulis sama dan atau dilafalkan sama pula, tetapi berbeda makna. Ada dua jenis homonimi, yaitu kata-kata yang sama tulisannya tetapi berbeda makna disebut homograf, sedangkan yang dilafalkan sama tetapi berbeda makna disebut homofon. Contohnya kata bisa yang memiliki arti 'mampu melakukan sesuatu; dapat' dan bisa yang berarti 'racun'.
Polisemi*
Polisemi berkaitan dengan kata atau frasa yang memiliki beberapa makna yang berhubungan. Hubungan antarmakna disebut polisemi. Misalnya dalam penyusunan kamus, kata-kata yang berhomonimi muncul sebagai lema (entri) yang terpisah, sedangkan kata yang berpolisemi muncul sebagai satu lema namun dengan beberapa penjelasan. Contohnya kata informasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) muncul sebagai satu lema dan muncul dengan beberapa penjelasan seperti, ((Darmojuwono, 2009: 117)
In-for-ma-si n 1 penerangan
2 pemberitahuan; kabar atau berita tentang sesuatu
3 Ling keseluruhan makna yang menunjang amanat yang terlihat di bagian-bagian amanat itu.
Dilihat dari relasi gramatikalnya, ada dua jenis relasi makna, yaitu relasi makna sintagmatis dan relasi makna paradigmatis. Relasi makna sintagmatis adalah relasi antarmakna kata dalam satu frasa atau kalimat (hubungan horizontal). Contohnya hubungan makna antara kata ibu, membeli, dan baju dalam kalimat Ibu membeli baju. Sedangkan relasi makna paradigmatis adalah relasi antarmakna kata yang dapat menduduki gatra (lingkungan tertentu dalam kalimat yang dapat ditempati oleh suatu unsur bahasa) sintaktis yang sama dan dapat saling menggantikan dalam satu konteks tertentu (hubungan vertikal). Contohnya Andi membaca buku .... (linguistik, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, sejarah, sosiologi, dan lain-lain) di perpustakaan.
Sinonimi dan Antonimi*
Sinonimi adalah relasi makna antarkata (frasa atau kalimat) yang maknanya sama atau mirip. Sinonimi mutlak jarang sekali ditemukan pada bahasa manapun, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya sinonimi, yaitu karena penilaian rasa yang berbeda kondisi dan hubungan sesuatu. Misalnya makna kata 'pemberian' dengan menggunakan kata zakat, sedekah, sumbangan, dan kata rumah yang bersinonimi dengan gubug, wisma, istana, atau kata pekerja yang bersinonimi dengan karyawan, pegawai, buruh, pelayan.
Dalam menentukan sinonimi, kita dapa melakukan tiga cara. Pertama, metode substitusi yaitu menggantikan suatu kata dalam konteks tertentu dengan kata lain makna konteks tidak berubah. Kalimat Andi adalah anak yang pintar akan mudah dipahami jika kata pintar diganti dengan kata pandai atau cerdas. Kedua, metode pertentangan, yaitu mencari pertentangan suatu kata dengan sejumlah kata yang lain sehingga akan membentuk sinonimi. Misalnya kata call dalam bahasa Inggris, bertentangan dengan kata answer dan reply. Relasi sinonimi terjadi pada kata answer dan reply. Ketiga, penentuan konotasi, yaitu kata-kata yang memiliki kesamaan makna kognitif dan berbeda dalam makna emotif. Kata-kata seperti kamar kecil, jamban, kakus, kloset, WC, dan toilet mengacu pada benda yang sama tetapi berkonotasi beda. (Palmer, 1976: 63).
Antonimi atau oposisi adalah relasi antarkata yang bertentangan atau berkebalikkan maknanya. Ada istilah antonimi yang digunakan untuk oposisi makna dalam pasangan leksikal bertaraf seperti panas dengan dingin, antonimi ini disebut bertaraf karena antara panas dan dingin masih ada kata lain seperti hangat. Atau kata siang dengan malam disebut antonimi bertaraf karena masih ada kata-kata seperti pagi, sore, petang, dini hari. Ada juga istilah pasangan leksikal tidak bertaraf yang maknanya bertentangan, disebut oposisi komplementer, seperti jantan dengan betina. (Darmojuwono, 2009: 118).
Hiponimi dan Hiperonimi*
Hiponimi adalah relasi makna yang berkaitan dengan peliputan makna spesifik dalam makna generik, seperti kata mawar dalam makna bunga, kata kucing dalam makna binatang. Anggrek, mawar, aster, tulip, melati, dahlia berhiponimi dengan bunga, sedangkan kucing, anjing, kambing, ayam, bebek, berhiponimi dengan binatang. Bunga merupakan superordinat (hiperonim) bagi anggrek, mawar, aster, tulip, melati, dan dahlia, sedangkan binatang merupakan superordinat bagi kucing, anjing, kambing, ayam, dan bebek.
Meronimi*
Meronimi adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis tapi tidak menyiratkan pelibatan searah, namun merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan. Contohnya atap bermeronimi dengan rumah.
Makna Asosiatif dan Afektif*
Makna asosiatif adalah makna yang dipengaruhi oleh unsur mental, pengetahuan, dan pengalaman seseorang. Objek makna asosiatif cenderung sama dengan makna denotatif, sesuai dengan kenyataan. Misalnya kata gubug berdenotasi 'tempat berteduh di sawah'. Selain itu, gubug bermakna asosiatif kecil, pedesaan, teduh, dan damai.
Makna afektif adalah makna yang berhubungan dengan perasaan seseorang pada saat mendengar atau membaca suatu kata, ini bisa menjadi positif dan negatif. Penilaian rasa atas sebuah kata istilah yang termasuk di dalam konotasi. Kata jujur-bijaksana memiliki nilai positif, sendangkan kata korupsi-egois berkonotasi negatif.
Salah satu fungsi makna asosiatif dan afektif adalah untuk memunculkan kesan yang mudah diterima oleh seorang pembaca atau pendengar suatu kalimat yang dimaksudkan untuk umum, seperti dalam iklan.
Makna Situatif*
Kata-kata yang memiliki deiktis (berkaitan dengan hal atau fungsi yang menunjuk sesuatu di luar bahasa), seperti pronomina persona saya, aku, kamu, anda, pronomina penunjuk ini, itu, nomina yang merupakan keterangan waktu lusa, kemarin, besok, lusa, minggu depan, lalu, dan keterangan tempat di sini, di sana, di situ, makna referensialnya terkait dengan situasi pembicaraan. Perbedaan makna referensial ini dan itu atau di sini dan di sana bergantung pada konteks pembicaraan sehingga kata-kata yang memiliki fungsi deiktis itu terikat dengan makna situatif.
Makna Etimologis*
Makna etimologis adalah relasi makna yang berkaitan dengan asal-usul kata dan perubahan makna kata ditinjau dari aspek sejarah kata. Dari perubahan yang terjadi pada makna kata, seorang ahli bahasa dapat mengetahui perubahan nilai, norma, sosial-politik, dan ekonomi suatu masyarakat di mana kata itu berasal. Di dalam makna etimologis terdapat empat makna yang umum dipelajari pada tingkat permulaan bahasa, yaitu makna meluas, menyempit, positif (ameliorasi), dan negatif (peyorasi).
Makna luas yaitu suatu kata yang maknanya lebih luas dan bersifat umum. Makna luas bisa muncul dari kata yang bermakna sempit. Adapun makna sempit ialah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Gagasan umum lebih sering menggunakan makna luas, sedangkan ide-ide khusus atau ide-ide luas yang memiliki unsur pembatas banyak bermakna sempit. Dengan kata lain, makna sempit disebabkan oleh adanya pembatasan pada makna umum. Misalnya pada kata saudara menjadi kata saudara kandung, saudara tiri, sepupu, teman, kenalan, kata alas menjadi alas kaki, alas tidur, atau kata seni menjadi seni musik, seni tari, seni beladiri, seni lukis, dan sebagainya.
Ket: (*) Sebagian besar diambil dari karya Setiawati Darmojuwono Semantik dalam Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik terbitan Gramedia Pustaka Utama
Sumber Bacaan
Darmojuwono, Setiawati. 2009. Semantik dalam Pesona Bahasa; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Djajasudarma, T. Fatimah. 1999. Semantik 1; Pengantar ke Arah Ilmu Semantik. Bandung: Refika
Griffiths, Patrick. 2006. An Introduction English Semantics and Pragmatics. Edinburgh: Edinburgh University Press
Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Palmer, F.R. 1976. Semantics; A New Outline. Cambridge: Cambridge University Press
Sumber Lain
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi digital
0 komentar
Mohon maaf, komentar yang menyinggung SARA akan diedit atau bahkan dihapus.