Jika Anda pecinta bahasa, maka Anda adalah kami.

Jumat, 27 April 2012

A Words and Its Parts ; Roots, Affixes, dan Their Shapes



Oleh Chusnun Niam
(Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan anggota Linguistics and Literature Club)

<!--[if gte mso 9]> <![endif]

Oleh Chusnun Ni'am

Morfem dan Kata
Di dalam morfologi, salah satu sub studi dalam linguistik, morfem merupakan partikel “atom” terkecil dalam satuan gramatikal. Pengertian morfem tersebut menunjukkan bahwa morfem memiliki fungsi sebagai pembentuk satuan gramatikal yang lebih besar yaitu, kata, frasa, dan kalimat. Selain itu, morfem tidak mungkin lagi untuk dibagi-bagi menjadi satuan yang lebih kecil (Kentjono: 144).

Berdasarkan adanya keterkaitan antara morfologi dengan fonologi, morfem dapat terbagi menjadi morfem leksikal dan morfem gramatikal. Untuk mengingat sekilas, Ogden dan Richard (1923) mengemukakan pendapatnya mengenai hubungan antara penanda (symbol), acuan (referent), dan pikiran (thought). Bapak linguistik, Ferdinand de Saussure, menggunakan istilah signifiant (penanda) dan signified (acuan). Kedua pandangan tersebut memiliki hubungan erat dan penting dalam menentukan apakah suatu morfem termasuk morfem leksikal atau morfem gramatikal

Morfem leksikal adalah morfem yang memiliki makna dasar yang merupakan penanda dari sesuatu, baik berupa benda, hal, tindakan atau sifat. Sebaliknya, morfem yang tidak mampu menunjukkan makna dasar dan membutuhkan adanya proses morfologis dengan morfem lain untuk membentuk suatu makna maka morfem tersebut disebut morfem gramatikal (Kentjono: 149). Kata-kata seperti shoot, airport, rude, Adam, Eve merupakan morfem leksikal karena pada saat kata-kata tersebut disebutkan, penutur dan mitra tutur yang memiliki kemampuan sama baiknya dalam bahasa Inggris akan saling menerima dan mengerti maknanya. Di sisi lain, morfem seperti un-, im-, -ness, -ly, -able, -ful, berfungsi sebagai imbuhan yang baru akan memiliki peran dalam menentukan makna ketika dihubungkan terlebih dahulu dengan morfem lain dalam proses morfologis.

Dalam kaitannya dengan kata, Carstairs (1988: 16-18) membagi morfem sesuai jumlahnya dalam membentuk sebuah kata, morfem monomorfemis dan polimorfemis. Pengelompokan ini berdasarkan 2 hal. Pertama, setiap morfem harus bisa membantu untuk menentukan makna dari morfem lain. Kedua, morfem berperan dalam perolehan makna secara utuh dan menyeluruh. Monomorfemis adalah kata yang hanya terdiri dari sebuah morfem saja namun sudah menyimpan makna. Tentu, kata yang tersusun dari beberapa morfem dinamakan dengan polimorfemis. Pendapat ini akan lebih mudah dipahami dalam contoh kalimat berikut.

Rose never has hopelessness and shows unpredictable actions.

Kata Rose, never, has, and, show, dan action mampu memberikan acuan pada makna-maknanya tersendiri walaupun dipisah-pisahkan. Oleh karena itu disebut monomorfemis. Sebaliknya, sifat polimorfemis terdapat pada hopelessness (hope-less-ness) dan unpredictable (un-predict-able) karena membutuhkan lebih dari satu morfem untuk menunujukkan suatu makna.

Pustaka Acuan

Kentjono, Djoko. 2009.
Morfologi dalam Pesona Bahasa ; Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Carstairs-McCarthy, Andrew. 2002.
An Introduction to English Morphology ; Words and Their Structure. Edinburgh: Edinburgh University Press


-->
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

0 komentar

Mohon maaf, komentar yang menyinggung SARA akan diedit atau bahkan dihapus.

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Linguistics and Literature Club (LLC)
Designed by BlogThietKe Cooperated with Duy Pham
Released under Creative Commons 3.0 CC BY-NC 3.0
Posts RSSComments RSS
Back to top