Oleh Uswatoon Hasanah
- Pengertian Prosa
Prosa
adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya bait, baris, suku kata,
serta tak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Kara prosa
berasal dari bahasa latin “Prosa” yang artinya “terus terang”.
Prosa
berbeda dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih
besar, serta bahsanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya.
- Jenis-jenis Prosa
Prosa biasanya dibagi menjadi 4 (empat):
1. Naratif
Naratif atau narasi adalah paragraf yang menceritakan rangkaian kejadian atau peristiwa yang berurutan (kronologis) yang berupa fakta atau fiksi.
2. Deskriptif
Naratif atau narasi adalah paragraf yang menceritakan rangkaian kejadian atau peristiwa yang berurutan (kronologis) yang berupa fakta atau fiksi.
2. Deskriptif
Yaitu karangan yang isinya menggambarkan suatu objek sehingga pembaca
seolah – oleh melihat sendiri objek yang digambarkan itu.
3. Argumentatif
Yaitu karangan yang berisi idea tau gagasan yang dilengkapi data – data
kesaksian bertujuan mempengaruhi pembaca untuk menyatakan persetujuannya.
4. Eksposisi
Yaitu karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi
dengan sejelas – jelasnya.
- Prosa Lama dan Prosa Baru
- Hikayat
- Sejarah
- Kisah
- Dongeng
- Fabel adalah cerita lama yang menokohkan binatang sebagai lambang pengajaran moral (biasa pula disebut sebagai cerita binatang). Contoh : Kancil dengan Buaya, Kancil dengan Harimau, Hikayat Pelanduk Jenaka, Kancil dengan Lembu, Burung Gagak dengan Serigala, Burung Bangau dengan Ketam, Siput dan Burung Centawi, dan lain-lain.
- Mite (mitos) adalah cerita-cerita yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap sesuatu benda atau hal yang dipercayai memiliki kekuatan gaib. Contoh : Nyai Roro Kidul, Ki Ageng Selo, Dongeng tentang Gerhana, Dongeng tentang Terjadinya Padi, Harimau Jadi-jadian, Kuntilanak, Kelambai, dan lain-lain.
- Legenda adalah cerita lama yang mengisahkan tentang riwayat terjadinya suatu tempat atau wilayah. Contoh : Legenda Banyuwangi, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.
- Sage adalah cerita lama yang berhubungan dengan sejarah, yang menceritakan keberanian, kepahlawanan, kesaktian dan keajaiban seseorang. Contoh : Calon Arang, Ciung Wanara, Airlangga, Panji, Smaradahana, dan lain-lain.
- Parabel adalah cerita rekaan yang menggambarkan sikap moral atau keagamaan dengan menggunakan ibarat atau perbandingan. Contoh : Kisah para Nabi, Hikayat Bayan Budiman, Bhagawagita, dan lain-lain.
- Dongeng Jenaka adalah cerita tentang tingkah laku orang bodoh, malas atau cerdik dan masing-masing dilukiskan secara humor. Contoh : Pak Pandir, Lebah Malang, Pak Belalang, Abu Nawas, dan lain-lain.
- Cerita Berbingkai
2. Prosa Baru adalah prosa yang dikarang dengan bebas (tanpa ada aturan-aturan). Macam-macam prosa baru:
- Roman
- Roman transendensi, yang di dalamnya terselip maksud tertentu, atau yang mengandung pandangan hidup yanng dapat dipetik oleh pembaca unntuk kebaikan. Contoh : Layar Terkembang oleh Sutan Takdir Alisyahbana, Salah Asuhan oleh Abdul Muis, Darah Muda oleh Adinegoro.
- Roman sosial adalah roman yang memberikan gambaran tentang keadaan masyarakat. Biasanya melukiskan keburukan-keburukan masyarakat yang bersangkutan. Contoh : Sengsara Membawa Nikmat oleh Tulis St. Sati, Neraka Dunia oleh Adinegoro.
- Roman sejarah yaitu roman yang dijalin berdasarkan fakta historis, peristiwa-peristiwa sejarah, atau kehidupan seorang tokoh dalam sejarah. Contoh : Hulubalang Raja oleh Nur St. Iskandar, Tambera oleh Utuy Tatang Sontani, Surapati oleh Abdul Muis.
- Roman psikologis yaitu roman yang lebih menekankan gambaran kejiwaaan yang mendasari segala tindak dan perilaku tokoh utamanya. Contoh : Atheis oleh Achdiat Kartamiharja, Katak Hendak Menjadi Lembu oleh Nur St. Iskandar, Belenggu oleh Armijn Pane.
- Roman detektif merupakan roman yang isinya berkaitan dengan kriminalitas. Dalam roman ini yang sering menjadi pelaku utamanya ialah seorang agen polisi yang tugasnya membongkar kasus kejahatan. Contoh : Mencari Pencuri Anak Perawan karya Suman HS, Percobaan Seria karya Suman HS, Kasih tak Terlerai karya Suman HS.
- Novel
- Cerpen
- Riwayat
- Kritik
- Resensi
- Esai
Perbedaan Prosa Lama dan Prosa Baru
Prosa Lama
1. Statis (perubahannya lamban)
2. Istana sentris (bersifat kerajaan)
3. Bersifat fantastis
4. Dipengaruhi sastra Hindu dan Arab
5. Anonim
Prosa Baru
1. Dinamis (perubahannya cepat)
2. Rakyat sentris (mengambil bahan dari rakyat sekitar)
3. Bersifat realistis
4. Dipengaruhi sastra barat
5. Nama pencipta selalu dicantumkan
1. Tema, merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat "mengikat" kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
2. Alur/plot, merupakan urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu :
4. Dipengaruhi sastra Hindu dan Arab
5. Anonim
Prosa Baru
1. Dinamis (perubahannya cepat)
2. Rakyat sentris (mengambil bahan dari rakyat sekitar)
3. Bersifat realistis
4. Dipengaruhi sastra barat
5. Nama pencipta selalu dicantumkan
- Unsur-unsur Intrinsik Prosa
1. Tema, merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat "mengikat" kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain.
2. Alur/plot, merupakan urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu :
- Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear.
- Berdasarkan hubungan sebab-akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal.
- Berdasarkan tema cerita. Alur yanng demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami.
Keterangan :
- Exposition (bagian awal) adalah pengenalan dari karakter-karakter tokoh dan pengenalan masalah dalam cerita.
- Rising Action adalah letak konflik atau masalah dalam cerita itu meningkat.
- Climax (bagian tengah) adalah letak konflik atau masalah berada di puncaknya.
- Falling Action adalah keadaan saat konflik atau masalah mulai mereda, masalah mulai terselesaikan di dalam cerita.
- Denouement (bagian akhir) adalah akhir dari cerita, muncul resolusi dari masalah atau konflik dalam cerita, misalnya kenapa masalah itu dapat terjadi, bagaimana masalah itu terjadi, arti dan hikmah dari cerita, dan akibat dari masalah dalam cerita.
3. Latar/setting, adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu :
- Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
- Latar waktu, berhubungan dengan masalah 'kapan' terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
- Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
4. Perwatakan atau karakteristik atau penokohan adalah cara pengarang menggambarkan watak pelaku. Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang menggambarkan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
- Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang menggambarkan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Tokoh andalan, adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis atau antagonis).
- Tokoh tambahan, adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa dalam cerita.
- Tokoh lataran, adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.
5. Sudut pandang/point of view, adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu, dan terbagi menjadi dua, yaitu :
- Sudut pandang orang pertama (first person point of view). Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, 'aku', narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si 'aku' tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami atau dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si 'aku' tersebut.
Sudut pandang orang pertama masih dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
- 'Aku' tokoh utama. Dalam sudut pandang ini, si 'aku' mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si 'aku' menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si 'aku', peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si 'aku' menjadi tokoh utama (first person central).
- 'Aku' tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh 'aku' muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first person peripheral). Tokoh 'aku' hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian "dibiarkan" untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelahh cerita tokoh utama habis, si 'aku' tambahan tampil kembali, dan dialah yang kemudian berkisah. Dengan demikian si 'aku' hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si 'aku' pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
- Sudut pandang orang ketiga (third person point of view). Dalam cerita yang mempergunakan sudut pandang orang ketiga, 'dia', narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus-menerus disebut, dan sebagai variasidipergunakan kata ganti. Sudut pandang 'dia' dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya :
- 'Dia' mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh 'dia' tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh 'dia' yang satu ke 'dia' yang lain, menceritakan atau sebaliknya 'menyembunyikan' ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
- 'Dia' terbatas ('dia' sebagai pengamat. Dalam sudut pandang ini, pengarang menggunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja).
6. Amanat atau pesan, adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.
7. Gaya Bahasa, adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa. Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain.
Sources :
http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa
http://krisbheda.wordpress.com/tag/prosa-naratif-prosa-deskriptif-prosa-eksposisi-prosa-argumentatif/
0 komentar
Mohon maaf, komentar yang menyinggung SARA akan diedit atau bahkan dihapus.